Feel

Feel

Kamis, 31 Mei 2012

Jakarta = Kemacetan

Jakarta Ku Bebas Macet ?


Setiap warga yang tinggal di Jakarta atau di "pinggiran" Jakarta, pasti tidak asing lagi dengan kemacetan. Kemacetan bisa jadi salah satu faktor utama penyebab orang mengalami stress. Kelelahan ketika kita berada di situasi kemacetan bisa menyebabkan mood seseorang bisa berubah, bahkan jika kita kesenggol atau keserempet sedikit bisa memicu kemarahan kita. Sesampai di sekolah, kantor atau di tempat kita tuju, kita sudah tidak lagi dapat berkonsentrasi karena kelelahan.

Banyak kerugian yang disebabkan oleh terjadinya kemacetan. Mulai dari rugi waktu, tenaga, bahkan uang. Mungkin banyak diantara warga Jakarta yang terlambat menghadiri suatu pertemuan, karena terjebak di kemacetan. 

Setiap kali ada pemilihan orang nomor satu di DKI Jakarta, banyak bermunculan tokoh-tokoh atau calon-calon yang mengaku dapat mengatasi kemacetan di Jakarta. Seperti contoh pada pemilihan Gubernur Jakarta mendatang (2012). Muncul beberapa tokoh-tokoh atau calon-calon, yang mengaku dapat mengatasi kemacetan di Jakarta. Bahkan di antara calon-calon tersebut merupakan orang "impor" dari daerah lain yang sebelumnya pernah menjabat di daerah tersebut (luar Jakarta). Mereka berani bahkan optimis bisa mengatasi masalah kemacetan di Jakarta yang kompleks.

Banyaknya masalah yang menyebabkan mengapa kota Jakarta yang semakin hari semakin macet, membuat penyelesaian masalah kemacetan menjadi rumit untuk diatasi. Mulai dari buruknya sistem transportasi, jumlah populasi kendaraan yang semakin meningkat, pembangunan jalan yang tidak seimbang antara jumlah kendaraan dengan jumlah jalan yang ada, yang menurut Fauzi Wibowo, dalam wawancara dengan detik.com, mengatakan bahwa pembangunan yang berhasil di laksanakan pada tahun 2011 hanya sebesar 0,01 %. Bahkan disinyalir laju pertumbuhan populasi penduduk di Jakarta, juga ikut menjadi penyebab masalah kemacetan. Jika kita pikirkan, mana dahulu yang harus diatasi?, semua masalah yang ada berkaitan satu dengan yang lainnya. 

Saat ini banyak warga Jakarta yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, terutama motor dibandingkan dengan menggunakan kendaraan umum. Banyak di antara mereka berfikir dan merasa dengan mengendarai motor semua menjadi efisien. Efisien waktu dan uang. Hal ini didukung juga dalam mendapatkan satu unit sepeda motor. Mereka selalu dimudahkan oleh produsen motor, mulai dari persyaratan administrasi hingga pembayaran. Saat ini banyak produsen atau dealer motor yang memberikan kemudahan bagi konsumen terutama dalam hal perkreditan motor. Dealer berani untuk tidak menetapkan jumlah uang muka (DP) yang harus dibayar oleh calon pembelinya dan memberikan  cicilan yang murah.


Hal tersebut juga berlaku untuk penjualan mobil. Mereka selalu memberikan kemudahan-kemudahan terutama dalam memberikan fasilitas kredit. Menurut saya salah satu penyebab dari banyaknya motor dan mobil yang beredar dan membuat macet, yaitu karena dealer selalu memberikan kemudahan-kemudahan tersebut. 


Saya teringat ketika pada tahun 1997, ketika itu orang tua saya ingin membeli satu unit motor. Untuk mengajukan kredit motor, kita harus membayar uang muka yang lumayan mahal, ditambah dengan cicilan yang mahal (tidak seperti sekarang) serta persyaratan administrasi yang rumit. Jika waktu itu membeli secara kontan lebih mudah dibandingkan dengan kredit, namun jika sekarang membeli secara kredit lebih mudah dibandingkan dengan kontan.


Seharusnya sistem dalam pengajuan perkreditan harus dirubah. Misalnya uang muka yang ditetapkan minimal 30% dari harga jualnya, kemudian cicilan yang mahal ditambah persyaratan administrasi yang dirubah dan diperketat.


Kemudian Pemerintah Propinsi DKI membangun suatu sistem transportasi umum yang aman serta nyaman. Walaupun jumlah populasi kendaraan yang beredar di Jakarta semakin meningkat, namun sebagian warga masih memilih transportasi umum. Kita dapat melihat  jika pagi atau sore hari. Hampir setiap trayek yang ada, selalu penuh dengan penumpang. Seharusnya hal ini dapat memicu motivasi pemerintah untuk membangun fasilitas transportasi umum yang memadai. Walaupun di Jakarta ada Bus Trans Jakarta, namun transportasi umum tersebut belum dapat memberikan kepuasan kepada penumpang.


Jika kita menggunakan bus Trans Jakarta, kita masih mengalami kemacetan, karena jalur yang ada, digunakan oleh kendaraan lain. Hal ini juga harus di perhatikan. Sistem jalur yang searah dan pembatas yang tidak terlalu tinggi, bahkan di beberapa koridor, pembatas yang ada telah rusak. Pemerintah DKI harus berani dalam membuat sistem jalur bus Trans Jakarta, misalnya diberlakukan kontra flow atau berlawanan arus, kemudian memberikan batas yang tingginya minimal 50 cm. 


Pemerintah harus berani membuat sistem, jangan sampai penumpang yang sudah mengantri di halte, mengalami kemacetan juga. Jika seperti itu tidak ada bedanya dengan menggunakan transportasi umum yang lainnya.


Selain itu pemerintah pusat juga harus mendukung dalam hal pemerataan pembangunan. Menurut pandangan saya, banyaknya pendatang yang berdatangan untuk mengadu nasib di Jakarta, bisa menjadi pemicu dari kemacetan. Mereka yang datang pasti memiliki mobilitas dan tentunya mereka membutuhkan kendaraan atau transportasi. Awalnya mereka menggunakan kendaraan umum. Setelah lama di Jakarta akhirnya mereka mendapatkan pekerjaan yang bagus, tentunya mobilitas mereka bertambah. Kemudian mulai berfikir untuk mendapatkan kendaraan pribadi, karena menurut mereka tidak efisien lagi jika menggunakan transportasi umum. Kemudian mereka berfikir untuk membeli motor, karena lebih irit dan cepat menjangkau suatu lokasi. Mereka berbondong-bondong membeli motor yang didukung dengan kemudahan-kemudahan tadi.


Siapapun yang memimpin DKI Jakarta, mereka harus memiliki komitmen, keseriusan,  dan berani, untuk mengatasi masalah kemacetan, serta pemerintah pusat harus mendukung secara konkret.  

Tidak ada komentar: